MEMAHAMI AJARAN KETUHANAN DALAM VEDA
Oleh : Karnadi, S.Pd.H, M.Si
1. Latar Belakang
Dalam ajaran Agama
Hindu, kita mengenal tiga kerangka dasar sebagai pilar yaitu; tatwa, susila dan
upacara. Ketiga hal ini saling menguatkan dan saling menjiwai. Pemahaman tatwa
yang baik, keyakinan tatwa yang kuat akan tercermin dalam susila atau tingkah
laku yang luhur, juga tercermin dari ketulusan upacara-upacara yang
dilaksanakan. Demikian juga pelaksanaan upacara-upacara akan memperhalus
tingkah laku dan akan memperkuat keyakinan atau tatwanya.
Pemahaman tatwa yang baik sangat penting
karena akan memperkuat sraddha / keyakinan seseorang. Sraddha berfungsi sebagai
alat atau sarana dalam mengantar manusia menuju kepada Tuhan. Pengertian ini
dapat kita lihat dalam Yajur Veda XIX.30 dan 77 yang mengatakan : sraddhaya
satyam apyati (dengan sraddha orang akan mencapai Tuhan), sraddham satye
prajapatih (Tuhan menetapkan, dengan sraddha menuju kepada satya) (Gde Puja
: 1984).
Kemunduran
keberadaan Hindu di Nusantara serta penurunan populasi penganut Hindu pada awal
abad 16 salah satu penyebabnya adalah karena diserang dari segi tatwanya. Ada
dua hal sebagai sasarannya yaitu; tentang penggolongan strata sosial (catur
warna, catur wangsa, kasta) yang kini sudah mulai pulih dan paham ketuhanan.
Pemahaman yang kurang baik mengenai catur warna akan memberikan citra bahwa
Hindu mengajarkan pembagian strata sosial yang diskriminatif. Demikian pula
pemahaman ajaran ketuhanan dalam Veda yang kurang baik akan memberikan citra
bahwa penganut Hindu menyembah patung dan sebagainya.
Oleh karena itu
peningkatan pemahaman umat tentang tatwa ini sangat penting. Terutama dalam
menghadapi pergaulan sosial yang heterogen dalam agama, budaya, pendidikan, dan
sebagainya. Apabila pemahaman umat rendah maka akan menimbulkan rasa rendah
diri, sikap tertutup (tidak mau berdialog), mudah goyah keyakinannya, mudah
dikonversi, juga mengalami sindrom minoritas. Namun sebaliknya apabila umat
memiliki pemahaman dan keyakinan yang baik terutama tentang ajaran ketuhanan
dalam Veda maka akan melahirkan sikap, prilaku, dan etika yang luhur seperti;
sikap menghargai orang lain, sikap welas asih dan kasih sayang kepada sesama
makhluk (prema), dan sikap toleransi yang tulus terhadap perbedaan.
2.
Macam-macam
Paham Ketuhanan di Dunia
Ajaran ketuhanan
dapat dipandang dari dua sudut yaitu pandangan agama dan pandangan filsafat.
Kedua pandangan ini tentu berbeda. Pandangan agama tentang Tuhan Yang Maha Esa
atau ajaran ketuhanan menurut ajaran agama disebut teologi. Pandangan ini
bersifat sebagai keimanan dan dinamai atau diyakini oleh pemeluknya. Sedangkan
pandangan filsafat berdasarkan pendekatan pikir (rasional) sesuai dengan
filsafat. Di dalam filsafat ketuhanan, pandangan tentang Tuhan Yang Maha Esa
ada beraneka ragam, sebagai berikut :
a.
Animisme yaitu keyakinan akan adanya
roh bahwa segala sesuatu di alam semesta ini didiami dan dikuasai oleh roh yang
berbeda-beda pula.
b.
Dinamisme yaitu keyakinan terhadap
adanya kekuatan-kekuatan alam. Kekuatan alam ini dapat berupa mahluk (personal)
ataupun tanpa wujud. Tuhan juga disebut sebagai Super Natural Power
(kekuatan alam yang tertinggi)
c.
Totemisme
yaitu
keyakinan akan adanya binatang keramat yang sangat dihormati. Binatang tersebut
diyakini memiliki kesaktian. Umumnya adalah binatang mitos, juga binatang
tertentu di alam ini yang dianggap keramat.
d.
Polytheisme
yaitu
keyakinan terhadap adanya banyak Tuhan. Wujud Tuhan berbeda-beda sesuai dengan
keyakinan manusia.
e.
Natural
Polytheisme yaitu
keyakinan terhadap adanya banyak Tuhan sebagai penguasa berbagai aspek alam.
f.
Henotheisme
atau kathenoisme yaitu
keyakinan terhadap adanya deva yang tertinggi yang pada suatu masa akan
digantikan oleh deva yang lain sebagai deva tertinggi.
g.
Pantheisme
yaitu
keyakinan bahwa di mana-mana serba Tuhan atau setiap aspek alam digambarkan
dikuasai oleh Tuhan.
h.
Monotheisme
keyakinan
terhadap adanya Tuhan yang satu. Keyakinan ini dibedakan atas :
1)
Monotheisme
Transendent yaitu
keyakinan yang memandang Tuhan yang satu berada jauh di luar ciptaan-Nya, maha
luhur dan tidak terjangkau oleh akal pikiran manusia.
2)
Monotheisme
Imanent yaitu
keyakinan yang memandang bahwa Tuhan sebagai pencipta alam semesta dan segala
isinya, tetapi Dia berada di luar sekaligus di dalam ciptaan-Nya.
i.
Monisme
yaitu
keyakinan terhadap adanya keesaan Tuhan yang merupakan hakekat alam semesta.
Esa dalam segalanya, segalanya berada di dalam yang esa.
3.
Ajaran
Ketuhanan dalam Veda
Pertanyaannya
sekarang dipandang dari pandangan filsafat maupun teologi termasuk yang manakah
ajaran ketuhanan dalam Veda ? jawabannya ada bermacam-macam sesuai dengan
pendapat para ahli. Berikut ini beberapa pendapat para ahli tersebut :
a.
Max
Muller seorang ahli indologi berkebangsaan Jerman mengatakan bahwa paham
ketuhanan dalam Veda adalah Henotheisme atau Kathenoisme. Menurutnya
hal ini dijumpai dalam Rgveda, pada suatu masa Deva Agni menempati
kedudukan tertinggi, tetapi pada masa berikutnya Beliau digantikan oleh Deva
Indra, Vayu atau Surya. Dan dalam perkembangan berikutnya, terutama pada
kitab-kitab purana deva-deva tersebut digantikan oleh Deva-Deva Tri Murti
(Brahma, Visnu, Shiva).
b.
A.C.Bose
dalam bukunya The Call Of The Vedas mengatakan bahwa paham ketuhanan dalam Veda
disebutnya dengan istilah Advaitisme Veda. Yaitu Tuhan dipuja sebagai Yang Esa
dalam yang Banyak dan Yang Banyak dalam yang Esa atau pemujaan Satu Tuhan
dengan nama dan wujud yang banyak. Menurutnya ada dua aspek penting dalam
Advaitisme Veda, yaitu aspek subyektif dan aspek obyektif. Aspek subyektif,
jika kita mengingat penganutnya, kepercayaan ini tampaknya bersifat monotheistik
dalam arti filosofis. Dan aspek obyektifnya, bila kita mengabaikan perasaan
subyektif dan memusatkan pikiran pada masalah perwujudan jamak, maka
kepercayaan itu tampaknya sebagai politheisme.
c.
Sejarawan
Arnold Toynbee dan Daisaku Ikeda menyimpulkan bahwa bangsa India dan Asia Timur
adalah Pantheisme. Menurutnya pantheisme berbeda dengan monotheisme Yahudi.
Dalam pandangan pantheisme, ihwal ketuhanan termaktub (imanent) di alam
semesta. Dalam pandangan monotheisme ihwal ketuhanan direnggut dari alam
semesta dan dibuat berada di luar pengertian dan pengalaman manusia
(transendent). Ngakan Putu Putra sependapat dengan kedua tokoh ini sebagaimana
dinyatakan dalam bukunya Tuhan Upanisad Menyelamatkan Masa Depan Manusia.
d.
Menurut
Kitab-Kitab Upanisad, ketuhanan dalam ajaran Veda adalah monisme. Hal ini
dinyatakan dengan jelas dalam Brhadāranyaka Upanisad dalam sebuah kalimat “Sarvam
khalvidam Brahman” yang berarti segalanya adalah Brahman.
e.
Sedangkan
Dr. I Made Titib dalam bukunya Veda Sabda Suci Pedoman Praktis Kehidupan,
menyimpulkan bahwa ketuhanan dalam Veda adalah Monotheisme Transendent,
Monotheisme, dan Monisme.
4. Kesimpulan
Dari uraian di
atas kita dapat menarik kesimpulan tentang paham ketuhanan dalam ajaran Veda. Apapun
itu, yang jelas paham ketuhanan dalam Veda adalah Ketuhanan Yang Maha Esa.
Menurut penulis pengungkapan yang tepat adalah sebagaimana disampaikan A.C.Bose
yaitu Advaitisme Veda. Tuhan (Brahman) dipuja sebagai yang esa dalam
yang banyak dan yang banyak dalam yang esa. Brahman yang Tunggal dipuja dalam
nama dan wujud yang banyak. Hal ini dapat kita pelajari dari sloka-sloka
manupun mantra-mantra dalam Veda. Berikut ini beberapa diantaranya :
1)
Mantram
Tri Sandhya bait ke tiga :
Om tvam śivah tvam mahādevah,
īśvarah parameśvarah, brahmā viśnusca rudraśca, purusah parikīrtitah.
Artinya :
Ya Tuhan, Engkau adalah Siva,
Mahadeva, Isvara, Paramesvara, Brahma, juga Visnu, dan Rudra. Engkaulah Purusa
yang selalu dipuja.
2)
Rig
Veda I.164.46
Indram mitram varunam agnim āhur,
atho divyah sa suparno garutmān, ekam sad vipra bahudhā vadantyagnim yamam
mātarisvānam āhuh.
Artinya :
Mereka menyebut Indra, Mitra, Varuna,
Agni, dan ada Garutman Ilahi yang bersayap indah. Keberadaan Yang Esa orang
bijaksana menyebut dengan banyak nama seperti Agni, Yama, Matarisvan.
3)
Yajur
Veda XXXII.1
Tad eva agnis tad ādityas tad
vāyus tad u candramāh, tad eva śukra tad brahma tā ‘āpah sa prajāpatih.
Agni adalah itu, Aditya adalah itu,
Vayu adalah itu, Candra adalah itu. Sinar adalah itu, Brahma adalah itu, Apah
(air) semua itu, Prajapati adalah Dia.
4)
Bhagavad
Gita XI.9
Vāyur yamo ‘gnir varunah
śaśānkah prajāpatis tvam prapitāmahaś ca, namo namas te’stu sahasra-krtvah
punaś ca bhūyo’pi namo namas te.
Artinya :
Engkau adalah Vayu, Yama, Agni,
Varuna, Sasankah (Candra), Prajapati dan leluhur semua makhluk. Engkau
dihormati dengan penuh penghormatan bahkan berulangkali memberi penghormatan
pada-Mu.
Dari sloka-sloka
di atas kita dapat memahami bahwa nama dan wujud yang banyak sesungguhnya
adalah sesuatu yang tunggal. Yang tunggal adalah Brahman hakekat ketuhanan
sejati, sebagai sumber dari segala ciptaan dan tempat kembalinya segala ciptaan
pada akhir jaman.
Yang perlu kita
sikapi adalah jangan menganggap bahwa paham ketuhanan yang satu lebih baik dari
paham ketuhanan yang lain, misalnya monotheisme lebih baik dari paham ketuhanan
Veda. Kini mulai disadari bahwa paham ketuhanan monotheistik mempunyai sisi
buruk bagi kehidupan. Contohnya;
-
monotheistik
berpendapat dialah satu-satunya yang benar sehingga paham yang lain dianggap
salah, sehingga menimbulkan pertentangan dan permusuhan, penafsiran yang
berbeda dianggap murtat. Veda tidak demikian, Veda menganggap pemahaman
kebenaran sesuai dengan tingkat spiritual sesorang. Sehingga dalam perjalanan
sejarah sekian ribu tahun belum pernah memurtatkan penafsiran yang berbeda.
-
Monotheistik
berpendapat manusia makhluk tertinggi dan dunia ini disediakan untuknya,
sehingga menimbulkan eksploitasi alam secara berlebihan yang telah terbukti
dapat menghancurkan kehidupan itu sendiri. Sedangkan Veda tidak. Veda
menganggap bahwa setiap kehidupan baik manusia, hewan, dan tumbuhan memiliki
Atman yang sama, semuanya sedang menjalankan perjalanan mencapai tujuan
tertingginya yaitu Brahman. Sehingga menimbulkan sikap kasih sayang dan welas
asih kepada alam dan lingkungan.
-
Monotheistik
cenderung memaksakan keseragaman dalam segala hal. Hal ini dapat mengakibatkan
penindasan terhadap kebudayaan suatu bangsa yang dianggap tidak sesuai dengan
ajarannya. Sedangkan Veda sangat menghargai pluralisme dalam segala segi
kehidupan, sehingga tidak menimbulkan penjajahan terhadap kebudayaan lain.
Pemahaman dan
penghayatan ajaran ketuhanan dalam Veda dengan benar, akan membentuk sikap
menghargai manusia dan makhluk lain dengan tulus. Sehingga manusia-manusia
Hindu dapat menjadi pelopor humanisme dan pluralisme.
Daftar
Pustaka :
1. Bose, A.C, : Panggilan Veda,
Paramita, Surabaya, 2005 (penerjemah I Wayan Maswinara)
2. Chandogya Upanisad, Yayasan
Parijata, Jakarta, 1989
3. Pudja, Gde MA, S.H, : Bhagawad Gita, Paramita, Surabaya, 2004
4. Pudja, Gde MA, S.H, : Pengantar Agama Hindu II; Sraddha,
Mayasari, Jakarta, 1984
5. Titib, I Made, Dr. : Veda Sabda Suci Pedoman Praktis
Kehidupan, Paramita, Surabaya, 1998
Bagus pak uraiannya, semoga terus menulis...
BalasHapus