Kamis, 27 Agustus 2015

MEMAHAMI AJARAN KETUHANAN DALAM VEDA



MEMAHAMI AJARAN KETUHANAN DALAM VEDA
Oleh : Karnadi, S.Pd.H, M.Si

1.    Latar Belakang
Dalam ajaran Agama Hindu, kita mengenal tiga kerangka dasar sebagai pilar yaitu; tatwa, susila dan upacara. Ketiga hal ini saling menguatkan dan saling menjiwai. Pemahaman tatwa yang baik, keyakinan tatwa yang kuat akan tercermin dalam susila atau tingkah laku yang luhur, juga tercermin dari ketulusan upacara-upacara yang dilaksanakan. Demikian juga pelaksanaan upacara-upacara akan memperhalus tingkah laku dan akan memperkuat keyakinan atau tatwanya.
 Pemahaman tatwa yang baik sangat penting karena akan memperkuat sraddha / keyakinan seseorang. Sraddha berfungsi sebagai alat atau sarana dalam mengantar manusia menuju kepada Tuhan. Pengertian ini dapat kita lihat dalam Yajur Veda XIX.30 dan 77 yang mengatakan : sraddhaya satyam apyati (dengan sraddha orang akan mencapai Tuhan), sraddham satye prajapatih (Tuhan menetapkan, dengan sraddha menuju kepada satya) (Gde Puja : 1984).
Kemunduran keberadaan Hindu di Nusantara serta penurunan populasi penganut Hindu pada awal abad 16 salah satu penyebabnya adalah karena diserang dari segi tatwanya. Ada dua hal sebagai sasarannya yaitu; tentang penggolongan strata sosial (catur warna, catur wangsa, kasta) yang kini sudah mulai pulih dan paham ketuhanan. Pemahaman yang kurang baik mengenai catur warna akan memberikan citra bahwa Hindu mengajarkan pembagian strata sosial yang diskriminatif. Demikian pula pemahaman ajaran ketuhanan dalam Veda yang kurang baik akan memberikan citra bahwa penganut Hindu menyembah patung dan sebagainya.
Oleh karena itu peningkatan pemahaman umat tentang tatwa ini sangat penting. Terutama dalam menghadapi pergaulan sosial yang heterogen dalam agama, budaya, pendidikan, dan sebagainya. Apabila pemahaman umat rendah maka akan menimbulkan rasa rendah diri, sikap tertutup (tidak mau berdialog), mudah goyah keyakinannya, mudah dikonversi, juga mengalami sindrom minoritas. Namun sebaliknya apabila umat memiliki pemahaman dan keyakinan yang baik terutama tentang ajaran ketuhanan dalam Veda maka akan melahirkan sikap, prilaku, dan etika yang luhur seperti; sikap menghargai orang lain, sikap welas asih dan kasih sayang kepada sesama makhluk (prema), dan sikap toleransi yang tulus terhadap perbedaan.

2.    Macam-macam Paham Ketuhanan di Dunia
Ajaran ketuhanan dapat dipandang dari dua sudut yaitu pandangan agama dan pandangan filsafat. Kedua pandangan ini tentu berbeda. Pandangan agama tentang Tuhan Yang Maha Esa atau ajaran ketuhanan menurut ajaran agama disebut teologi. Pandangan ini bersifat sebagai keimanan dan dinamai atau diyakini oleh pemeluknya. Sedangkan pandangan filsafat berdasarkan pendekatan pikir (rasional) sesuai dengan filsafat. Di dalam filsafat ketuhanan, pandangan tentang Tuhan Yang Maha Esa ada beraneka ragam, sebagai berikut :
a.    Animisme yaitu keyakinan akan adanya roh bahwa segala sesuatu di alam semesta ini didiami dan dikuasai oleh roh yang berbeda-beda pula.
b.    Dinamisme yaitu keyakinan terhadap adanya kekuatan-kekuatan alam. Kekuatan alam ini dapat berupa mahluk (personal) ataupun tanpa wujud. Tuhan juga disebut sebagai Super Natural Power (kekuatan alam yang tertinggi)
c.    Totemisme yaitu keyakinan akan adanya binatang keramat yang sangat dihormati. Binatang tersebut diyakini memiliki kesaktian. Umumnya adalah binatang mitos, juga binatang tertentu di alam ini yang dianggap keramat.
d.    Polytheisme yaitu keyakinan terhadap adanya banyak Tuhan. Wujud Tuhan berbeda-beda sesuai dengan keyakinan manusia.
e.    Natural Polytheisme yaitu keyakinan terhadap adanya banyak Tuhan sebagai penguasa berbagai aspek alam.
f.     Henotheisme atau kathenoisme yaitu keyakinan terhadap adanya deva yang tertinggi yang pada suatu masa akan digantikan oleh deva yang lain sebagai deva tertinggi.
g.    Pantheisme yaitu keyakinan bahwa di mana-mana serba Tuhan atau setiap aspek alam digambarkan dikuasai oleh Tuhan.
h.    Monotheisme keyakinan terhadap adanya Tuhan yang satu. Keyakinan ini dibedakan atas :
1)    Monotheisme Transendent yaitu keyakinan yang memandang Tuhan yang satu berada jauh di luar ciptaan-Nya, maha luhur dan tidak terjangkau oleh akal pikiran manusia.
2)    Monotheisme Imanent yaitu keyakinan yang memandang bahwa Tuhan sebagai pencipta alam semesta dan segala isinya, tetapi Dia berada di luar sekaligus di dalam ciptaan-Nya.
i.      Monisme yaitu keyakinan terhadap adanya keesaan Tuhan yang merupakan hakekat alam semesta. Esa dalam segalanya, segalanya berada di dalam yang esa.

3.    Ajaran Ketuhanan dalam Veda
Pertanyaannya sekarang dipandang dari pandangan filsafat maupun teologi termasuk yang manakah ajaran ketuhanan dalam Veda ? jawabannya ada bermacam-macam sesuai dengan pendapat para ahli. Berikut ini beberapa pendapat para ahli tersebut :
a.    Max Muller seorang ahli indologi berkebangsaan Jerman mengatakan bahwa paham ketuhanan dalam Veda adalah Henotheisme atau Kathenoisme. Menurutnya hal ini dijumpai dalam Rgveda, pada suatu masa Deva Agni menempati kedudukan tertinggi, tetapi pada masa berikutnya Beliau digantikan oleh Deva Indra, Vayu atau Surya. Dan dalam perkembangan berikutnya, terutama pada kitab-kitab purana deva-deva tersebut digantikan oleh Deva-Deva Tri Murti (Brahma, Visnu, Shiva).
b.    A.C.Bose dalam bukunya The Call Of The Vedas mengatakan bahwa paham ketuhanan dalam Veda disebutnya dengan istilah Advaitisme Veda. Yaitu Tuhan dipuja sebagai Yang Esa dalam yang Banyak dan Yang Banyak dalam yang Esa atau pemujaan Satu Tuhan dengan nama dan wujud yang banyak. Menurutnya ada dua aspek penting dalam Advaitisme Veda, yaitu aspek subyektif dan aspek obyektif. Aspek subyektif, jika kita mengingat penganutnya, kepercayaan ini tampaknya bersifat monotheistik dalam arti filosofis. Dan aspek obyektifnya, bila kita mengabaikan perasaan subyektif dan memusatkan pikiran pada masalah perwujudan jamak, maka kepercayaan itu tampaknya sebagai politheisme.
c.    Sejarawan Arnold Toynbee dan Daisaku Ikeda menyimpulkan bahwa bangsa India dan Asia Timur adalah Pantheisme. Menurutnya pantheisme berbeda dengan monotheisme Yahudi. Dalam pandangan pantheisme, ihwal ketuhanan termaktub (imanent) di alam semesta. Dalam pandangan monotheisme ihwal ketuhanan direnggut dari alam semesta dan dibuat berada di luar pengertian dan pengalaman manusia (transendent). Ngakan Putu Putra sependapat dengan kedua tokoh ini sebagaimana dinyatakan dalam bukunya Tuhan Upanisad Menyelamatkan Masa Depan Manusia.
d.    Menurut Kitab-Kitab Upanisad, ketuhanan dalam ajaran Veda adalah monisme. Hal ini dinyatakan dengan jelas dalam Brhadāranyaka Upanisad dalam sebuah kalimat “Sarvam khalvidam Brahman” yang berarti segalanya adalah Brahman.
e.    Sedangkan Dr. I Made Titib dalam bukunya Veda Sabda Suci Pedoman Praktis Kehidupan, menyimpulkan bahwa ketuhanan dalam Veda adalah Monotheisme Transendent, Monotheisme, dan Monisme.

4.    Kesimpulan
Dari uraian di atas kita dapat menarik kesimpulan tentang paham ketuhanan dalam ajaran Veda. Apapun itu, yang jelas paham ketuhanan dalam Veda adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Menurut penulis pengungkapan yang tepat adalah sebagaimana disampaikan A.C.Bose yaitu Advaitisme Veda. Tuhan (Brahman) dipuja sebagai yang esa dalam yang banyak dan yang banyak dalam yang esa. Brahman yang Tunggal dipuja dalam nama dan wujud yang banyak. Hal ini dapat kita pelajari dari sloka-sloka manupun mantra-mantra dalam Veda. Berikut ini beberapa diantaranya :
1)    Mantram Tri Sandhya bait ke tiga :
Om tvam śivah tvam mahādevah, īśvarah parameśvarah, brahmā viśnusca rudraśca, purusah parikīrtitah.
Artinya :
Ya Tuhan, Engkau adalah Siva, Mahadeva, Isvara, Paramesvara, Brahma, juga Visnu, dan Rudra. Engkaulah Purusa yang selalu dipuja.

2)    Rig Veda I.164.46
Indram mitram varunam agnim āhur, atho divyah sa suparno garutmān, ekam sad vipra bahudhā vadantyagnim yamam mātarisvānam āhuh.
Artinya :
Mereka menyebut Indra, Mitra, Varuna, Agni, dan ada Garutman Ilahi yang bersayap indah. Keberadaan Yang Esa orang bijaksana menyebut dengan banyak nama seperti Agni, Yama, Matarisvan.


3)    Yajur Veda XXXII.1
Tad eva agnis tad ādityas tad vāyus tad u candramāh, tad eva śukra tad brahma tā ‘āpah sa prajāpatih.
Agni adalah itu, Aditya adalah itu, Vayu adalah itu, Candra adalah itu. Sinar adalah itu, Brahma adalah itu, Apah (air) semua itu, Prajapati adalah Dia.

4)    Bhagavad Gita XI.9
Vāyur yamo ‘gnir varunah śaśānkah prajāpatis tvam prapitāmahaś ca, namo namas te’stu sahasra-krtvah punaś ca bhūyo’pi namo namas te.
Artinya :
Engkau adalah Vayu, Yama, Agni, Varuna, Sasankah (Candra), Prajapati dan leluhur semua makhluk. Engkau dihormati dengan penuh penghormatan bahkan berulangkali memberi penghormatan pada-Mu.

Dari sloka-sloka di atas kita dapat memahami bahwa nama dan wujud yang banyak sesungguhnya adalah sesuatu yang tunggal. Yang tunggal adalah Brahman hakekat ketuhanan sejati, sebagai sumber dari segala ciptaan dan tempat kembalinya segala ciptaan pada akhir jaman.
Yang perlu kita sikapi adalah jangan menganggap bahwa paham ketuhanan yang satu lebih baik dari paham ketuhanan yang lain, misalnya monotheisme lebih baik dari paham ketuhanan Veda. Kini mulai disadari bahwa paham ketuhanan monotheistik mempunyai sisi buruk bagi kehidupan. Contohnya;
-          monotheistik berpendapat dialah satu-satunya yang benar sehingga paham yang lain dianggap salah, sehingga menimbulkan pertentangan dan permusuhan, penafsiran yang berbeda dianggap murtat. Veda tidak demikian, Veda menganggap pemahaman kebenaran sesuai dengan tingkat spiritual sesorang. Sehingga dalam perjalanan sejarah sekian ribu tahun belum pernah memurtatkan penafsiran yang berbeda.
-          Monotheistik berpendapat manusia makhluk tertinggi dan dunia ini disediakan untuknya, sehingga menimbulkan eksploitasi alam secara berlebihan yang telah terbukti dapat menghancurkan kehidupan itu sendiri. Sedangkan Veda tidak. Veda menganggap bahwa setiap kehidupan baik manusia, hewan, dan tumbuhan memiliki Atman yang sama, semuanya sedang menjalankan perjalanan mencapai tujuan tertingginya yaitu Brahman. Sehingga menimbulkan sikap kasih sayang dan welas asih kepada alam dan lingkungan.
-          Monotheistik cenderung memaksakan keseragaman dalam segala hal. Hal ini dapat mengakibatkan penindasan terhadap kebudayaan suatu bangsa yang dianggap tidak sesuai dengan ajarannya. Sedangkan Veda sangat menghargai pluralisme dalam segala segi kehidupan, sehingga tidak menimbulkan penjajahan terhadap kebudayaan lain.

Pemahaman dan penghayatan ajaran ketuhanan dalam Veda dengan benar, akan membentuk sikap menghargai manusia dan makhluk lain dengan tulus. Sehingga manusia-manusia Hindu dapat menjadi pelopor humanisme dan pluralisme.

Daftar Pustaka :
1.    Bose, A.C,                       : Panggilan Veda, Paramita, Surabaya, 2005 (penerjemah I Wayan Maswinara)
2.    Chandogya Upanisad, Yayasan Parijata, Jakarta, 1989
3.    Pudja, Gde MA, S.H,     : Bhagawad Gita, Paramita, Surabaya, 2004
4.    Pudja, Gde MA, S.H,     : Pengantar Agama Hindu II; Sraddha, Mayasari, Jakarta, 1984
5.    Titib, I Made, Dr.             : Veda Sabda Suci Pedoman Praktis Kehidupan, Paramita, Surabaya, 1998

1 komentar: